SEJARAH PENDIDIKAN DUNIA
Perjalanan sejarah pendidikan dunia telah lama
berlangsung, mulai dari zaman Hellenisme (150 SM-500), zaman pertengahan
(500-1500), zaman Humanisme atau Renaissance serta zaman Reformasi dan Kontra
Reformasi (1600-an). Namun pendidikan pada zaman ini belum memberikan
kontribusinya pada pendidikan zaman sekarang (Pidarta, 2007: 110). Oleh karena
itu, pendidikan pada zaman ini tidak dijabarkan dalam makalah ini.
Makalah ini membahas sejaran pendidikan dunia yang
meliputi zaman-zaman: (1) Realisme, (2) Rasionalisme, (3) Naturalisme, (4)
Developmentalisme, (5) Nasionalisme, (6) Liberalisme, Positivisme, dan
Individualisme, serta (7) Sosialisme.
1.
Zaman Realisme
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang didukung
oleh penemuan-penemuan ilmiah baru, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia
dan bersumber dari keadaan dunia pula, berbeda dengan pendidikan-pendidikan
sebelumya yang banyak berkiblat pada dunia ide, dunia surga dan akhirat.
Realisme menghendaki pikiran yang praktis (PIdarta, 2007: 111-14). Menurut
aliran ini, pengetahuan yang benar diperoleh tidak hanya melalui penginderaan
semata tetapi juga melalui persepsi penginderaan (Mudyahardjo, 2008: 117).
Tokoh-tokoh
pendidikan zaman Realisme ini adalah Francis Bacon dan Johann Amos Comenius.
Sedangkan prinsip-prinsip pendidikan yang dikembangkan pada zaman ini meliputi:
Ø
Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran,
Ø
Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri,
Ø
Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan,
Ø
Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak,
Ø
Pelajaran harus diberikan satu per satu, dari yang paling mudah,
Ø
Pengetahuan diperoleh dari metode berpikir induktif (mulai dari menemukan
fakta-fakta khusus kemudian dianalisa sehingga menimbulkan simpulan) dan
anak-anak harus belajar dari realita alam,
Ø
Pendidikan bersifat demokratis dan semua anak harus mendapatkan kesempatan yang
sama untuk belajar (ibid.: 111-14).
2.
Zaman Rasionalisme
Aliran ini memberikan kekuasaan pada manusia untuk
berfikir sendiri dan bertindak untuk dirinya, karena itu latihan sangat
diperlukan pengetahuannya sendiri dan bertindak untuk dirinya. Paham ini muncul
karena masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat menumbangkan kekuasaan Raja
Perancis yang memiliki kekuasaan absolut.
Tokoh pendidikan pada zaman ini pada abad ke-18 adalah
John Locke. Teorinya yang terkenal adalah leon
Tabularasa, yaitu mendidik seperti menulis di atas kertas putih dan
dengan kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya manusia digunakan unutk
membentuk pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan jiwa manusia ini bisa
mengarah kepada hal-hal yang negatif, seperti intelektualisme, individualisme,
dan materialisme (ibid.: 114-15).
3.
Zaman Naturalisme
Sebagai reaksi terhadap aliran Rasionalisme, pada abad
ke-18 muncullah aliran Naturalisme dengan tokohnya, J. J. Rousseau. Aliran ini
menentang kehidupan yang tidak wajar sebagai akibat dari Rasionalisme, seperti
korupsi, gaya hidup yang dibuat-buat dan sebagainya. Naturalisme menginginkan
keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati dan alamlah yang menjadi gurr,
sehingga pendidikan dilaksanakan secara alamiah (pendidikan alam) (ibid.:
115-16). Naturalisme menyatakn bahwa manusia didorong oleh
kebutuhan-kebutuhannya, dapat menemukan jalan kebenaran di dalam dirinya
sendiri (Mudyaharjo, 2008: 118).
4.
Zaman Developmentalisme
Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19.
Aliran ini memandang pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa sehingga
aliran ini sering disebut gerakan psikologis dalam pendidikan. Tokoh-tokoh
aliran ini adalah: Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm
Frobel, dan Stanley Hall.
Konsep
pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini meliputi:
Ø
Mengaktualisasi semua potensi anakyang masih laten, membentuk watak susila dan
kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat social manusia.
Ø
Pengembangan ini dilakukan sejalan dengan tingkat-tingkat perkembangan anak
(Pidarta, 2007: 116-20) yang melalui observasi dan eksperimen (Mudyahardjo,
2008: 114)
Ø
Pendidikan adalah pengembangan pembawaan (nature)
yang disertai asuhan yang baik (nurture).
Ø
Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan pendidikan dasar dan
pengembangan pendidikan universal (Mudyaharjo, 2008: 114).
5.
Zaman Nasionalisme
Zaman nasionalisme muncul pada abad ke-19 sebagai upaya
membentuk patriot-patriot bangsa dan mempertahankan bangsa dari kaum
imperialis. Tokoh-tokohnya adalah La Chatolais (Perancis), Fichte (Jerman), dan
Jefferson (Amerika Serikat).
Konsep
pendidikan yang ingin diusung oleh aliran ini adalah:
Ø
Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan negara,
Ø
Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan,
Ø
Materi pelajarannya meliputi: bahasa dan kesusastraan nasional, pendidikan
kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan, sejarah dan geografi Negara, dan
pendidikan jasmani.
Akibat negatif dari pendidikan ini adalah munculnya chaufinisme, yaitu
kegilaan atau kecintaan terhadap tanah air yang berlebih-lebihan di beberapa
Negara, seperti di Jerman, yang akhirnya menimbulkan pecahnya Perang Dunia I
(Pidarta, 2007: 120-21).
6.
Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme.
Zaman ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat
bahwa pendidikan adalah alat untuk memperkuat kedudukan penguasa/pemerintahan yang
dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam Smith dan siapa yang banyak
berpengetahuan dialah yang berkuasa yang kemudian mengarah pada individualisme.
Sedangkan positivisme percaya kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera
sehingga kepercayaan terhadap agama semakin melemah. Tokoh aliran positivisme
adalah August Comte (ibid.: 121).
7.
Zaman Sosialisme
Aliran sosial dalam pendidikan muncul pada abad ke-20
sebagai reaksi terhadap dampak liberalisme, positivisme, dan individualisme.
Tokoh-tokohnya adalah Paul Nartrop, George Kerchensteiner, dan John Dewey.
Menurut
aliran ini, masyarakat memiliki arti yang lebih penting daripada individu.
Ibarat atom, individu tidak ada artinya bila tidak berwujud benda. Oleh karena
itu, pendidikan harus diabdikan untuk tujuan-tujuan sosial (ibid.: 121-24).
0 comments:
Post a Comment