Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dikembangkan di sekolah. nilai
ini berlaku universal, karena dapat digunakan oleh seluruh siswa di
Indonesia tanpa adanya diskriminasi terhadap pihak-pihak tertentu.
Nilai-nilai ini bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama.
Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu
didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan
kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas
dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter
bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari
agama.
2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan
atas prinsip-prinsip kehidupan Kebangsaan dan kenegaraan yang disebut
Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan
lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya,
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang
mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan
seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan
siswa menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang
memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara (Puskur, 2010 : 8).
Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dijabarkan sehingga diperoleh
deskripsinya. Deskripsi beguna sebagai batasan atau tolok ukur
ketercapain pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah.
adapun deskripsi nilai-nilai pendidikan karakter adalah sebagai berikut.
Tabel 1 Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
Nilai | Deskripsi |
1. Religius | Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakanajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. |
2. Jujur | Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinyasebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalamperkataan, tindakan, dan pekerjaan. |
3. Toleransi | Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya. |
4. Disiplin | Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuhpada berbagai ketentuan dan peraturan. |
5. Kerja Keras | Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguhdalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. |
6. Kreatif | Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan caraatau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. |
7. Mandiri | Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung padaorang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. |
8.Demokratis | Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai samahak dan kewajiban dirinya dan orang lain. |
9. Rasa Ingin Tahu | Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untukmengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. |
10. Semangat Kebang-saan | Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yangmenempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. |
11. Cinta Tanah Air | Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. |
12.Menghargai Prestasi | Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untukmenghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. |
13.Bersahabat/Komuniktif | Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. |
14. CintaDamai | Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan oranglain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. |
15. GemarMembaca | Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagaibacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. |
16. Peduli Lingku-ngan | Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegahkerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. |
17. Peduli Sosial | Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuanpada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. |
18. Tanggun-jawab | Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugasdan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. |
Puskur (2010 :_)
Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter meliputi dua aspek aspek yang dimiliki manusia,
yaitu aspek ke dalam dan aspek keluar. Aspek ke dalam atau aspek potensi
meliputi aspek kognitif (olah pikir), afektif (olah hati), dan
psikomotor (olah raga). Aspek ke luar yaitu aspek manusia dalam konteks
sosiokultur dalam interaksinya dengan orang lain yang meliputi interaksi
dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Masing-masing aspek memiliki
ruang yang berisi nilai-nilai pendidikan karakter. Penjelasan ruang
lingkup pendidikan karakter terdapat pada bagan berikut ini.
Bagan 1 Ruang Lingkup Pendidikan Karakter (Puskur, 2011: 4)
Penerapan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar
Penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah
pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan
pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan
ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.
Adapun penjelasan masing-masing ranah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan pembelajaran
Penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Strategi yang tepat
adalah strategi yang menggunakan pendekatan kontekstual. Alasan
penggunaan strategi kontekstual adalah bahwa strategi tersebut dapat
mengajak siswa menghubungkan atau mengaitkan materi yang dipelajari
dengan dunia nyata. Dengan dapat mengajak menghubungkan materi yang
dipelajari dengan dunia nyata, berati siswa diharapkan dapat mencari
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan itu,
siswa lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran
kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan
karsa), serta psikomotor (olah raga) (Puskur, 2011 : 8).
Adapun beberapa strategi pembelajaran kontekstual antara lain (a)
pembelajaran berbasis masalah, (b) pembelajaran kooperatif, (c)
pembelajaran berbasis proyek, (d) pembelajaran pelayanan, dan (e)
pembelajaran berbasis kerja. Puskur (2011 : 9) menjelaskan bahwa kelima
strategi tersebut dapat
memberikan nurturant effect pengembangan karakter siswa, seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
2. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan
melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan rutin, kegiatan
spontan, keteladanan, dan, pengkondisian. Adapun hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Kegiatan rutin
kegiatan rutin merupakan kegiatan yang rutin atau ajeg dilakukan
setiap saat. Kegiatan rutin dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan
siswa secara terus menerus dan konsisten setiap saat (Puskur, 2011: 8).
Beberapa contoh kegiatan rutin antara lain kegiatan upacara hari Senin,
upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas,
shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran
dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga
pendidik, dan teman.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan dapat juga disebut kegiatan insidental. Kegiatan ini
dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Contoh
kegiatan ini adalah mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena
musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c. Keteladanan
Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi
contoh merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan
siswa dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik
sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain (Puskur, 2011: 8).
Contoh kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang bersih,
rapi, ramah, dan supel.
d. Pengkondisian
Pengkondisian berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata lingkungan
fisik maupun nonfisik demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya
pendidikan karakter. Kegiatan menata lingkungan fisik misalnya adalah
mengkondisikan toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau
dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah
dan di dalam kelas (Puskur, 2011: 8). Sedangkan pengkondisian
lingkungan nonfisik misalnya mengelola konflik antar guru supaya tidak
menjurus kepada perpecahan, atau bahkan menghilangkan konflik tersebut.
3. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ko dan ekstra kurikuler merupakan kegiatan-kegiatan di luar
kegiatan pembelajaran. Meskipun di luar kegiatan pembelajaran, guru
dapat juga mengintegrasikannya dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan ini
sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Namun
demikian tetap diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang
baik atau merevitalisasi kegiatan-kegiatan ko dan ekstra kurikuler
tersebut agar dapat melaksanakan pendidikan karakter kepada siswa.
4. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat
Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang pendidikan karakter yang ada di sekolah. rumah (keluarga) dan masyarakat merupakan partner
penting suksesnya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
pelaksanaan pendidikan karakter sebaik apapun, kalau tidak didukung oleh
lingkungan keluarga dan masyarakat akan sia-sia. Dalam kegiatan ini,
sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang
dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat
(Puskur, 2011: 8).
0 comments:
Post a Comment