Saturday, November 2, 2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan khususnya di sekolah. Sebagai salah satu unsur pendukung pelaksanaan pendidikan khususnya layanan bimbingan di sekolah, guru harus memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling.
Dengan perkembangan zaman yang semakin modern serta munculnya berbagai macam alat teknologi yang canggih seperti sekarang ini, tentunya menyebabkan terjadi berbagai masalah sosial di masyarakat terutama di kalangan peserta didik. Dengan adanya fakta demikian, sehingga perlu adanya sebuah pemahaman, pemikiran yang  menumbuhkan kesadaran akan masalah sosial yang terjadi di masyarakat ataupun pada diri mereka sendiri, dan bagaimana menyelesaikannya.
Menyadari hal di atas peserta didik perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat berindak dengan tepat sesuai potensi yang ada pada dirinya. Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan keseluruhan kepribadian anak sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan dirinya. Dalam hal ini, guru bimbingan memegang peran penting dalam membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apa saja dasar bimbingan dan konseling ?
2.    Apa saja prinsip-prinsip bimbingan dan konseling ?
3.    Apa yang melatar belakangi diperlukannya bimbingan konseling ?
4.    Apa faktor penyebab terjadinya masalah belalajar  ?
5.    Bagaimana membantu peserta didik dalam mengatasi masalah belajar ?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1.    Mengetahui dasar bimbingan konseling
2.    Mengetahui prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
3.    Mengetahui faktor penyebab terjadinya masalah
4.    Mengetahui latar belakang diperlukannya bimbingan dan konseling
5.    Mengetahui upaya membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan belajar


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Dasar Bimbingan dan Konseling
Dasar bimbingan dan konseling adalah ketentuan-ketentuan yang harus ditetapkan dalam peyelenggaraan pelayanan, agar kegiatan pelayanan tersebut dapat terlakasana dengan baik serta mendapat hasil yang memuaskan bagi konseling.
Dasar bimbingan konseling tersebut adalah

1.    Asas Kerahasian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan

2.    Asas Kesukarelaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya.Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.

3.    Asas Keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.

4.    Asas Kegiatan
Yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan.Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.

5.    Asas Kemandirian
Yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri.Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.

6.    Asas Kekinian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.

7.    Asas Kedinamisan
Yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

8.    Asas Keterpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

9.    Asas Kenormatifan
Asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.

10.    Asas Keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling.Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11.    Asas Alih Tangan Kasus
Yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.

12.    Asas Tut Wuri Handayani
Yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien

B.    Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
1.    Pengertian Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan dengan sautu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaanya tergantung dari pemula itu, prisip ini merupakam hasil perpaduan antara kajian teoriitik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan. ( Halaen, 2002 : 63 )
Prayitno mengatakan : ” Bahwa prinsip merupaka hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebgai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan” jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip- prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi peyelengaran pelayanan

2.    Macam – macam prinsip bimbingan dan konseling
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya :
a. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
b. Hendaknya bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimbing
c. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki karakteristik tersendiri.
d. Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkungan lembaga hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya.
e. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing.
f. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.
g. Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
h. Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelolaoleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja samadan menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di dalam ataupun di luar lembaga penyelenggara pendidikan.
i. Hendaknya melaksanakan program bimbingan di evaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program (Nur Ihsan, 2006 : 9)

C.    Latar Belakang diperlukannya Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya sendiri, mereka akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada pada dirinya. Walaupun demikian, tidak semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya dan bantuan tersebut dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling.
Pada kenyataannya, bimbingan dan konseling juga diperlukan, baik oleh masyarakat yang belum maju maupun masyarakat yang modern.Persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat modern sangat kompleks. Makin maju suatu masyarakat maka akan semakin kompleks persoalan-persoalan yang dihadapi oleh anggota masyarakatnya.

D.    Faktor penyebab terjadinya masalah belajar
Pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
a) . Faktor-faktor internal
Faktur internal ialah faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri, antara lain:
1.    Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun
2.    Ketidak seimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan cenderungkurang.
3.    Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
4.    Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, sperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.

b). Faktor-faktor eksternal
Faktor external yaitu faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu, yaitu berasal dari:
1.    Sekolah, antara lain:
a)    Sifat kurikulu yang kurang fleksibe
b)    Terlalu berat beban belajar untuk murid dan terlalu berat mengajar guru
c)    Metode mengajar yang kurang memadai
d)    Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2. Keluarga (rumah), antara lain:
a)    Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
b)    Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
c)    Keadaan ekonomi.

E.    Upaya membantu peserta didik dalam mengatasi masalah belajar
Ada lima upaya untuk mengatasi masalah belajar peserta didik diantaranya adalah :
a.    Pengajaran perbaikan
b.    Kegiatan pengayaan
c.    Peningkatan motivasi belajar
d.    Peningkatan ketrampilan belajar
e.    Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
     Sedangkan secara sistematis, langkah-langkah yang perlu diambil dalam usaha untuk membantu mengatasi masah belajar peserta didik sebagai berikut:
a.    Memanggil dan menerima anak yang bermasalah dengan penuh kasih sayang
b.    Dengan wawancara yang dialogis diusahakan dapat ditemukan sebab-sebab utama yang menimbulkan masalah.
c.    Memahami keberadaan anak dengan sedalam-dalamnya
d.    Menunjukkan cara penyelasaian masalah yang tepat untuk
e.    Direnungkan oleh anak kemudian untuk dikerjakannya.
f.    Menemukan segi-segi kelebihan anak agar kelebihan itu diaktualisisr guru megatasi kekurangannya
g.    Menanamkan nilai-nilai spritual yang benar.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu untuk sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan
Bimbingan ialah suatu proses membantu individu melalui sendiri untuk mengembangkan dan menemukan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Konseling adalah serangkai hubungan langsung dengan individual yang bertujuan untuk membantu dia langsung dalam bersikap dan tingkah laku.
Pemahaman tentang bimbingan belajar sangat penting untuk difahamkan kepada peserta didik, sesuai dengan tujuan dan jenis-jenis masalah belajar, pengidentifikasi peserta didik yang mengalami masalah belajar  serta faktor penyebab terjadinya masalah belajar dan upaya membantu  permasalahan tersebut

B.    Saran-saran
Untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif kiat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangaat danjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan konseling.

0 comments:

Post a Comment