Monday, August 4, 2014

KURIKULUM 2013 DAN PARADIGMA BELAJAR

KURIKULUM 2013 DAN PARADIGMA BELAJAR

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI berencana untuk mengganti kurikulum yang ada sekarang menjadi kurikulum 2013. Mendikbud Mohammad Nuh pada minggu kemaren menghadiri rembuk nasional kurikulum 2013 di Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ) yang dihadiri guru dilingkungan persyarikantan Muhammadiyah se jawa timur.
1.      Pengembangan Kurikulum
Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum; dan suatu teori kurikulum diturunkan atau dijabarkan dari satu atau beberapa teori pendidikan.
Sekurang-kurangnya ada empat teori pendidikan yang dipandang mendasari pengembangan model kurikulum dan pelaksanaan pendidikan, yaitu pendidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan interaksional, dan teknologi pendidikan (Lapp, 1975).
2.      Pendidikan Klasik
Kurikulum pendidikan klasik lebih menekankan kepada isi pendidikan, yang diambil dari disiplin-disiplin ilmu, disusun oleh para ahli tanpa mengikutsertakan guru-guru. Isi disusun secara logis, sistematis, dan berstruktur, dengan berpusatkan pada segi intelektual, sedikit sekali memperhatikan segi-segi sosial atau psikologis peserta didik. Guru mempunyai peranan yang sangat besar dan lebih dominan dalam pembelajaran. Guru yang aktif dan bertanggung jawab dalam segala aspek pembelajaran. Peserta didik mempunyai peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari guru. Kurikulumnya dapat dikategorikan sebagai Kurikulum Subyek Akademik.
3.      Pendidikan Pribadi,
Kurikulum Pendidikan Pribadi lebih menekankan pada proses pengembangan potensi peserta didik. Amteri ajar dipilih yang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru-guru dengan melibatkan peserta didik. Tidak ada kurikulum standar, yang ada adalah kurikulum minimal, yang dalam implementasinya dikembangkan bersama peserta didik. Isi dan proses pembelajarannya selalu berubah sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Kurikulumnya dapat dikategorikan sebagai kurikulum pribadi atau kurikulum berpusat pada peserta didik atau kurikulum humanistik.
4.      Pendidikan Interaksional,
Kurikulum Pendidikan Interaksional menekankan pada isi maupun proses pendidikan sekaligus. Isi pendidikan terdiri atas problem-problem nyata yang actual yang dihadapi dalam kehidupan di masyarakat. Proses pendidikannya berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan kerjasama, baik antar peserta didik, antara peserta didik dengan guru, maupun antara peserta didik dan guru dengan sumber-sumber belajar yang lain. Kegiatan penilaian dilakukan baik terhadap hasil maupun proses belajar. Guru-guru melakukan kegiatan penilaian sepanjang kegiatan belajar. Kurikulumnya dikategorikan sebagai kurikulum interaksi atau kurikulum berpusat pada masalah atau kurikulum rekonstruksi sosial.
5.      Teknologi Pendidikan
Pengembangan kurikulum dilakukan oleh para ahli dan/atau guru-guru yang mempunyai kemampuan mengembangkan kurikulum. Perangkat kurikulum cukup lengkap, mulai dari struktur dan sebaran mata pelajaran sampai dengan rincian bahan ajar yang dipelajari oleh peserta didik, yang tersusun dalam satuan-satuan bahan ajar dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran, paket belajar, modul, paket program audio, video dan/atau komputer. Di dalamnya tercakup pula kegiatan pembelajaran dan bentuk-bentuk serta alat penilaiannya. Kurikulumnya dikategorikan sebagai Kurikulum Teknologi atau Kurikulum Berbasis Kompetensi
A.      Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum 1994 dan kurikulum-kurikulum sebelumnya sifatnya sentralistik, sesuai dengan era pengelolaan pemerintahan saat itu. Kurikulum disusun oleh Pemerintah (Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan - Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), guru tinggal mengimplementasikannya di sekolah masing­masing,
Seiring dengan perubahan pengelolaan pemerintahan, yang memasuki era desentralisasi, otonomi daerah, diikuti dengan perubahan pengelolaan pendidikan, berupa desentralisasi pendidikan, otonomi  pendidikan, dan otonomi sekolah, maka kurikulum yang sifatnya sentralistik, seperti Kurikulum 1994 dan kurikulum-kurikulum sebelumnya, sudah tidak sesuai lagi dengan era otonomi sekolah.
Berkenaan dengan hal tersebut, pada tahun 2003 diberlakukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mengamanatkan bahwa salah satu strategi dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah mengembangkan dan melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi. Selanjutnya, pada tahun 2005 telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagai pengaturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pe­merintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tersebut mengatur tentang kurikulum pendidikan dan mengamanatkan bahwa kurikulum satuan pendidikan disusun oleh masing­masing satuan pendidikan, yang disebut dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
B.       Kurikulum 2013
Kurikulum baru ini berorientasi pada perkembangan globalisasi dunia yang di dalamnya terdapat kemajuan teknologi informasi, masalah lingkungan hidup serta kebangkitan industri kreatif dan budaya. Kurikulum baru tersebut nan­tinya juga berbasis kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan dan pengetahuan, karena itu guru dituntut untuk banyak mencari tahu agar para siswa bisa dengan mu­dah mencari informasi dengan bebas melalu perkembangan teknologi. Hal ini juga akan mendorong siswa memiliki tanggung jawab pada lingkungan, kemampuan berkomunikasi serta memiliki kemampuan berfikir kritis.
Nantinya pada kurikulum baru ini akan banyak dibuka kelas terbuka. De­ngan model seperti ini diharapkan siswa mendapatkan kemajuan akademik yang pesat bukan hanya sekedar lulus tapi juga diimbangi pengetahuan. Karena itu dua mata pelajaran IPA dan IPS nantinya akan diintegrasikan/subtansinya akan dimasukkan ke dalam mata pelajaran lain. Pengintegrasian ini dianggap pen­ting karena untuk menyesuaikan zaman yang terus mengalami perkembangan pesat. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Pergeseran paradigma belajar abad 21 dan kerangka kompetensi abad 21 menjadi pijakan di dalam pengembangan kurikulum 2013.
Dengan adanya perubahan kurikulum ini nantinya guru yang akan menjadi ujung tombak ka­rena itu akan dipersiapkan mulai dari sekarang. Mengingat pendidikan dasar terendah di Indonesia adalah SD maka guru SD-lah yang akan dipersiapkan le­bih dulu. Makanya akan diprioritaskan mana yang lebih penting. Implemen­tasinya, akan disiapkan skenario pen­tahapan. Tahapannya bisa dimulai kelas 1 SD, 4 SD, kelas 7, kelas 10 terlebih da­hulu. Bila itu sudah dilakukan, guru yang harus dilatih tidak sejumlah total guru, yang 3 juta. Misal guru SD sebanyak 1,6 juta, yang akan dilatih sepertiga dari 1,6 juta dengan dikurangi guru agama, guru pendidikan jasmani, sehingga menjadi sekitar 300 ribu guru. Jadi nantinya se­tiap tahun akan mengadakan sertifikasi sekitar 300 ribu.
Pengembangan Kurikulum 2013 di­lakukan dalam empat tahap. Pertama, menyusun kurikulum di lingkungan in­ternal Kemdikbud dengan melibatkan sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu dan praktisi pendidikan dilanjutkan dengan pemaparan desain Kurikulum 2013 di depan Wakil Presiden selaku Ketua Komite Pendidikan. Ketiga, pe­laksanaan uji publik guna mendapatkan tanggapan dari berbagai elemen ma­syarakat. Salah satu cara yang ditempuh selain melalui saluran on-line pada hala­man http/kurikulum2013.kemdikbud. go.id, juga melalui media massa cetak. Tahap keempat, dilakukan penyempurnaan untuk selanjutnya ditetapkan menjadi Kurikulum 2013.
Menambah Jam Pelajaran
Strategi pengembangan pendidikan dapat dilakukan pada upaya mening­katkan pencapaian pendidikan mela­lui pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi, efektivitas pembelajaran melalui kurikulum dan peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru, serta lama tinggal di sekolah dalam arti penambahan jam pelajaran.
Perlunya penambahan jam pelajaran ini merupakan proses pembelajaran dari kebiasaan sebelumnya dimana siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dan proses penilaian dari yang sebelum­nya berbasis output menjadi berbasis proses dan output. Perubahan proses inilah yang memerlukan penambahan jam pelajaran.   
Penyusunan kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-integratif mengacu pada kuri­kulum 2006 di mana masih terdapat be­berapa permasalahan di antaranya :
1.         Konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan ditambah ting­kat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.
2.         Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan. Bebe­rapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebu­tuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, kese­imbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam Kurikulum.
3.         Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembela­jaran yang berpusat pada guru.
4.         Standar penilaian belum mengarah­kan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.
5.         Dengan adanya perubahan kurikulum ke kurikulum 2013 diharapkan dunia pendidikan mampu melahirkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, ino­vatif dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana) dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Harus diakui dalam perkembangan kehidu­pan dan ilmu pengetahuan abad 21 saat ini telah banyak terjadi pergeser­an baik ciri maupun model pembe­lajaran. Inilah yang diantisipasi pada kurikulum 2013.
C.      Paradigma Belajar Abad 21
Selaras dengan prinsip-prinsip dalam revolusi pembelajaran (learning revolution), proses pembelajaran seharusnya berpijak pada pilar-pilar active learning, creative learning, effective learning, dan joyful learning. Pembelajaran juga berpijak pada empat pilar pendidikan menurut UNESCO, yakni Learning to know, learning to do, learning to be, dan learning how to live together.
Perubahan paradigma belajar di abad 21, yakni :
1.         Dari pengajaran (teaching) ke pembelajaran (learn­ing)
2.         Dari pembelajaran yang berpusat kepada guru (teachers-centered) menjadi pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered)
3.         Dari pembelajaran pasif ke cara belajar siswa aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL)
4.         Dari sistem pembelajaran klasikal ke individual
5.         Dari penyamarataan ke keanekaragaman
6.         Dari pembelajaran yang mementingkan kecer­dasan intelektual menuju kecerdasan ganda atau dari pembelajaran yang mementingkan faktor IQ menuju pembelajaran yang mementingkan kecer­dasan ganda (EI = emotional intelligence, SI = spiri­tual intelligence, MI = motivation intelligence, dan tipe kecerdasan lainnya)
7.         Dari metode mengajar yang expository (memberi­kan informasi atau ceramah) ke metode proyek yang lebih banyak memberikan pengalaman belajar kepada siswa
8.         Dari suasana pembelajaran yang menakutkan (me­negangkan) ke suasana pembelajaran yang menye­nangkan
9.         Dari sistem pembelajaran yang menekankan aspek akademis ke sistem pembelajaran yang memerha­tikan potensi keseluruhan aspek kecerdasan
10.     Dari sistem pembelajaran yang menggunakan perangkat sederhana menuju sistem pembelajaran dengan perangkat elektronik
11.     Dari sistem pembelajaran monolitik ke sistem pembelajaran yang terintegrasi
Dari sistem pembelajaran tatap muka atau face to face ke sistem pembelajaran jarak jauh dan e-learn­ing

Tuesday, June 10, 2014

Manajemen Operasional-Pengambilan Keputusan

Manajemen Operasional-Pengambilan Keputusan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap individu dalam organisasi membuat keputusan. Para manajer puncak, sebagai contoh menentukan tujuan organisasi mereka, produk atau jasa apa yang akan di produksi, bagaimana sebaiknya mengorganisasikan dan mengkoordinasikan unit kegiatan dan sebagainya, termasuk manajer tingkat menengah atau bawah tergantung pada kewenangannya masing-masing.
Kualitas keputusan manjerial merupakan ukuran dari efektifitas manager. Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi salah satu pentingnya adalah pengambilan keputusan.

1.2 Rumusan Masalah
1. Tipe-tipe keputusan
2. Pengaruh perilaku terhadap pengambilan keputusan individu
3. Model Pengambilan Keputusan Optimasi (Optimizing decision making model )
4. Bagaimana Hendaknya Keputusan Diambil
5. Bagaimana Seseungguhnya Keputusan Diambil Dalam Organisasi
6. Indetifikasi Masalah
7. Bagaimana Dengan Etika Pengambilan keputusan


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tipe-Tipe Keputusan
Ada 2 macam tipe pengambilan keputusan, yaitu ;
1. Keputusan Terprogram (programmed decision) adalah suatu cara/prosedur yang lebih spesifik kepada suatu masalah yang dikembangkan untuk masalah-masalah rutin dan berulang.
2. Keputusan tidak terprogram (unprogrammed decision) adalah keputusan yang membutuhkan manajemen atau proses yang cukup panjang dalam pengambilan keputusannya karena biasanya digunakan untuk masalah-masalah yang unik dan kompleks. Secara ideal, manajemen puncak harusnya memperhatikan keputusan tidak terprogram, sementara manajer tingkat pertama lebih memperhatikan keputusan terprogram. Di banyak organisasi, manajer madya lebih mengkonsenstrasikan pada keputusan terprogram meskipun di beberapa kasus juga berpartisipasi dalam keputusan tidak terprogram, dengan kata lain berdasarkan sifat, frekuensi dan tingkat kepastian yang melingkupi masalah tersebut akan mengarah pada tingkat manajemen yang mana suatu keputusan harus diambil.

Perbandingan Tipe Keputusan

Aktivitas Keputusan terprogram Keputusan tidak terprogram
Masalah Sering, berulang, rutin hubungan sebab akibat lebih pasti Baru, tidak terstruktur. Banyak ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat.
Prosedur Ketergantungan pada kebijakan, aturan,dan prosedur pasti. Perlunya kreatifitas, intuisi, toleransi pada hal-hal yang membingungkan, pemecahan masalah kreatif

Pesanan persediaan kembali secara periodik.
Tingkat rata-rata yang diperlukan bagi posisi akademik yang baik.
Prosedur penerimaan pasien.
System merit bagi promosi pegawai pemerintah
Diversifikasi ke dalam produk dan pasar baru.
Konstruksi dari fasilitas ruang kelas yang baru.
Pembelian peralatan eksperimen.
Re-organisasi dari badan pemerintah.

2.1.2 Pengaruh Perilaku Terhadap Pengambilan Keputusan Individu
Faktor perilaku mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Beberapa darinya hanya mempengaruhi aspek tertentu saja dari proses sedangkan lainnya ada pula yang mempengaruhi seluruh proses. Walaupun demikian masing-masing darinya mempunyai dampak terhadap proses pengambilan keputusan dalam organisasi . Terdapat empat faktor perilaku individu yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan yaitu :
1. Nilai
Sistem nilai menjadi pedoman bagi semua orang saat mereka berada pada situasi mengambil keputusan. Sistem tata nilai dibutuhkan pada kehidupan dan menjadi dasar bagi pola pikir seseorang dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan di bidang :
o Menetapkan sasaran , pertimbangan tata nilai mesti dibuat saat memilih kesempatan dan menetapkan proses.
o Mengembangkan alternatif, pertimbangan tata nilai tentang berbagai kemungkinan yang dibutuhkan.
o Memilih alternatif, sistem tata nilai pengambil keputusan mempengaruhi alternatif yang dipilih.
o Implementasi keputusan, pertimbangan sistem nilai dibutuhkan saat memilih sarana untuk implementasi.
o Kontrol dan evaluasi, pertimbangan sistem tata nilai tidak dapat dihindari saat tindakan koreksi diputuskan dan diambil.
2. Kepribadian
3. Kecenderungan mengambil risiko
4. Potensi ketidaksesuaian

Model Pengambilan Keputusan Optimasi (Optimizing decision making model )
Yang dimaksud Model Optimasi, yaitu suatu model pengambilan keputusan yang menguraikan individu-individu seharusnya berperilaku agar memaksimumkan semua hasil. Model ini menggambarkan bagaimana setiap individu berperilaku sehingga memberikan hasil yang optimal.
Langkah-langkah dalam model optimasi :
1. Lakukan kebutuhan akan suatu keputusan
Dalam langkah ini diperlukan pengakuan tentang kebutuhan keputusan yang dibuat. Masalah yang merupakan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya diperlukan adanya pengakuan.
2. Menentukan kriteria yang diputuskan
Dalam langkah ini kriteria yang penting dan relefan dalam menentukan keputusan harus diidentifikasikan.
3. Menentukan kriteria yang berbobot
Kriteria yang telah disusun tidak semuanya mempunyai arti penting yang sama dan harus ditetapkan bobotnya sehingga pengambil keputusan dapat menggunakan preferensi mereka untuk memprioritaskan kriteria mana yang relevan maupun untuk menyatakan derajat relatif pentingnya memberikan suatu bobot kepada masing-masing.
4. Mengembangkan alternatif
Dalam hal ini pengambil keputusan mendaftar semua alternatif. Alternatif yang dipilih/terpilih merupakan/menentukan keberhasilan pemecahan masalah.
5. Menilai beberapa alternatif
Suatu alternatif harus ditentukan oleh pengambil keputusan. Kuat atau lemahnya setiap alternatif akan menjadi bahan perbandingan terhadap kriteria dan bobot yang telah ditetapkan dalam langkah kedua dan ketiga. Penilaian setiap alternatif dilakukan dengan menilai terhadap bobot kriteria.
6. Memilih alternatif
Dalam langkah ini adalah memilih yang terbaik diantara alternatif-alternatif yang dinilai. Dari total skor yang tertinggi maka akan memudahkan terhadap alternatif manakah yang dipilih.
- Asumsi Model Optimasi
Tahapan dalam model optimasi terdiri dari beberapa asumsi. Asumsi ini penting untuk dipahami jika kita akan menentukan bagaimana model optimasi secara tepat menggambarkan pengambilan keputusan oleh individu secara nyata. Asumsi penting yang dipilih oleh model ini sama dengan konsep rasional yang menunjukkan pilihan yang konsisten dan memberikan nilai yang maksimum. Oleh karena itu, pengambilan keputusan dilakukan secara objektif dan menurut logika.
Individu yang telah mempunyai tujuan yang jelas, maka enam langkah dalam model optimasi telah ditentukan untuk memilih alternatif yang akan memberikan hasil yang maksimum. Tahapan model optimasi terdiri dari asumsi sebagai berikut :
1. Orientasi kepada tujuan
Model optimasi mengamsumsikan bahwa tidak ada perbedaan atas semua tujuan. Misalnya, apakah keputusan memilih menurut pendapat kelompok, menentukan apakah pergi atau tidak pergi bekerja pada hari ini, atau memilih pelamar yang tepat untuk mengisi jabatan yang kosong. Pillihan tersebut harus memberikan hasil yang maksimum.
2. Mengetahui semua pilihan
Pengambil keputusan diasumsikan dapat menentukan semua kriteria yang relevan dan mendata semua alternatif yang ada. Model optimasi menggambarkan secara menyeluruh dari pengambil keputusan tentang kemampuannya dalam menetapkan kriteria dan alternatif.
3. Adanya pilihan yang jelas
Secara rasional bahwa kriteria dan alternatif ditentukan menurut jumlah dan diurut dalam urutan yang disukai atau yang sudah pasti.
4. Adanya pilihan yang tetap
Kriteria dan alternatif yang sama dapat diperoleh setiap saat begitu pada tujuan dan pilihan sudah jelas dan tetap.
5. Pilihan akhir memberikan hasil yang maksimum
Menurut model optimasi pengambil keputusan akan memilih suatu alternatif yang bernilai tinggi.
• Model Pengambilan keputusan yang lain ( Alternatif decision = making models )
Model-model Pengambilan keputusan yang dimaksud dalam hal ini adalah :
1. Model Satisficing/kepuasan
Model kepuasan merupakan suatu model pengambilan keputusan dimana pengambilan keputusan memilih pertama kali pemecahan yang dianggap cukup baik, yaitu memuaskan (satisfactory) dan cukup (sufficient).
2. Model keunggulan implisit
Model keunggulan implisit suatu model pengambil keputusan dimana secara dini dalam proses keputusan itu pengambil keputusan secara implisit (tersurat) memilih suatu alternatif yang lebih diinginkan sebelumnya dalam proses keputusan dan penalaran terhadap pilihan yang lainnya.
Dalam pencarian alternatif-alternatif baru berakhir jika sebelum pembuat keputusan bersedia mengakui telah mengambil keputusannya. Proses pengambilan keputusan dalam model ini dipengaruhi oleh perasaan-perasaan intuitif yang jauh lebih besar daripada keobjektifan rasional.


2.1.3 Model intuitif
Model penngambilan keputusan intuitif adalah suatu proses pengambilan keputusan tak sadar atau biasanya muncul secara tiba-tiba dan berasal dari dalam pengalaman yang telah terjadi. Institusi ini tidak selalu berjalan secara bersama-sama, tetapi tergantung dengan analisis rasional; lebih tepat, keduanya saling melengkapi (komplementer).
2.1.4 Bagaimana Hendaknya Keputusan Diambil
Marilah kita mulai dengan menggambarkan bagaimana individu hendaknya berperilaku dalam rangka memaksimisasikan atau mengoptimasikan hasil (outcome) tertentu dia menyebut ini proses pengambilan keputusan rasional.
- Meningkatkan Kreatifitas dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan rasional membutuhkan kreatifitas yakni kemampuan untuk menggabungkan gagasan dalam satu cara yang unik atau untuk membuat asosiasi-asosiasi luar biasa, diantara gagasan-gagasan mengapa kreativitas memungkinkan digunakan sebagai salah satu cara pengambilan keputusan untuk lebih menghargai dan memahami masalah, termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain akan tetapi nilai yang paling jelas dari kreativitas adalah dalam membantu pengambilan keputusan mengindentifikasi semua alternatif yang ada atau dapat dilihat.
- Potensi kreatif kebanyakan orang mempunyai potensi kreatif yang dapat mereka gunakan bila dikonfrotasikan dengan sebuah masalah yang menuntut mereka untuk mengambil keputusan namun, kebanyakan dari kita yang terlibat didalamnya harus belajar bagaimana berpikir tentang satu masalah tidak hanya dalam satu sisi, tetapi berbagai macam sisi dan sudut pandang. Sebagai contoh kita dapat membandingkan orang yang sangat jelas dalam segi kreatifitas dan semua itu adalah sesuai dengan potensi masing-masing. Seperti : Einstein, Edison, Piccaso, dan Mozart merupakan individu-individu dengan pengecualian kreativitas.
2.1.5 Bagaimana Seseungguhnya Keputusan Diambil Dalam Organisasi
Apakah pengambilan keputusan dalam organisasi itu rasional? Apakah mereka secara cermat dapaat menilai suatu masalah, mengidentifikasi semua kriteria yang relevan menggunakan kreativitas mereka untuk mengidentifikasi semua alternatif supaya dapat menemukan suatu pilihan yang optimal?
Bila para pengambilan keputusan berhadapan dengan suatu masalah sederhana yang memiliki beberapa jalur tindakan alternatif dan bila biaya mencari dan mengevaluasi alternatif itu rendah, maka model rasional memberikan satu deskripsi yang cukup cermat tentang proses keputusan. Tetapi situasi tersebut merupakan pengecualian.
Kebanyakan keputusan dalam dunia nyata tidak mengikuti model rasional. Sebagai contoh, orang biasanya berniat untuk menemukan suatu pemecahaan yang masuk akal dan atas suatu masalah.Bila anda mempertimbangkan perguruan tinggi mana yang anda pilih untuk kemudian anda masuki, apakah Anda sering melihat setiap alternatif yang tampak? Apakah anda secara cemat mengidentifikasi semua kriteria yang paling penting dalam keputusan anda? Apakah anda mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kriteria dalam rangka menemukan perguruan tinggi terbaik? Saya menduga jawaban terhadap pertanyaan ini adalah “tidak”. Tapi. Beberapa orang menentukan pilihan perguruan tinggi dengan cara ini. Walaupun tidak optimal, Bila berhadapan dengan masalah yang kompleks, kebanyakan orang menaggapi dengan mengurangi masalah pada level mana masalah ini dapat dipahami. Ini disebabkan kerena kemampuan manusia mengelola informai terbatas, dan hanya memahami semua informasi yang perlu untuk optimasi. Dengan demikian orang orang puas: artinya, mereka mencari pemecahan yang cukup memuaskan.
Karena kemampuan dari pikiran manusia untuk memformulasi dan menyelesaikan masalah yang rumit itu terlalu kecil untuk memnuhi tuntutan yang rasionalitas penuh, para individu beroperasi dalam keterbatasan rasionalitas berikat. Mereka merancang bngun model-model yang disederhanakan yang menyuling ciri-ciri yang hakiki dari masalah-masalah tanpa menangkap semua kerumitannya. Selanjutnya para individu dapat berperilaku rasional dalam batas-batas model yang sederhana.
2.1.6 Indetifikasi Masalah
Masalah tidak muncul dengan cahaya neon yang sebentar–sebentar menyala untuk mengidentifikasi dirinya sendiri dan masalah seseorang merupakan status quo yang dapat diterima dari orang lain lalu bagaimana pengambilan keputusan mengindentifikasi dan menyeleksi masalah.
2.1.7 Bagaimana Dengan Etika Pengambilan keputusan
Tidak ada pembahasan kontemporter pengambilan keputusan akan lengkap tanpa dimasukkanya etika mengapa karena pertimbangan etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasional dalam seksi ini kami menyajikan tiga cara yang berlainan untuk membuat kerangka keputusan dan memeriksa faktor-faktor yang membentuk perilaku pengambilan keputusan etis.



2.2 Pengambilan keputusan yang di lakukan di PT. Makmur Sentosa Abadi.
Penjelasan singkat tentang PT. Selatan Makmur Indonesia.
PT. Makmur Sentosa Abadi ada sebuah perusahaan manufacture yang bergerak di bidang percetakan umum, Perusahaan tersebut mengolah bahan baku (material) kertas putih dalam bentuk gulungan-gulungan (roll) menjadi lembaran-lembaran kecil (ukuran 79 x 109 cm), dan pada proses produksinya bahan baku mentah tersebut di proses dengan cara pemberian warna (proses dyeing printing) dan pemberian motif (Pattern making) sehingga pada aplikasinya produk yang di hasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku kertas undangan, kartu nama, map dan lain-lain. Dalam proses dari mulai masuknya bahan mentah sebagai bahan baku, proses produksi, proses inspecting, packaging hingga proses pengiriman produk/barang kepada konsumen semuanya tidak terlepas dari berbagai macam proses yang tentunya harus dilakukan pengambilan keputusan (decision making) dalam setiap proses yang harus dilaluinya, berikut dibawah ini gambaran singkat proses yang harus dilakukan dalam setiap masalah yang terjadi.
2.2.1 Pengambilan keputusan
Dilihat dari kondisi atau keadaan dari keputusan yang harus diambil, ada 4 macam pengambilan keputusan yang biasa diambil:
1. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang pasti.
Maksud dari peristiwa yang pasti disini adalah hal-hal atau masalah yang pasti akan terjadi dalam setiap proses yang harus dilewati. Dan biasanya ini merupakan hal-hal yang selalu berulang di dalam setiap proses produksi.
2. Pengmbilan keputusan atas peristiwa yang mengandung resiko.
Maksud dari pengambilan keputusan yang mengandung resiko adalah masalah-masalah yang mungkin akan terjadi dalam setiap proses pengolahan material bahan baku menjadi barang jadi dan setiap masalah yang terjadi itu akan berkaitan dengan effisiensi (efektifitas kerja, production cost, keterlambatan waktu pengiriman,dll)
3. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang tak pasti.
Maksudnya dari peristiwa yang tidak pasti ini adalah pada saat proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi pada saat proses produksi terjadi kerusakan mesin secara tiba-tiba, sehingga proses produksi terhambat dan tidak sesuai dengan time table yang sudah dibuat atau bisa juga masalah timbul dari material bahan baku yang cacat, sehingga tidak memuungkinkan bisa diolah menjadi barang jadi.
4. Pengambilan keputusasn atas peristiwa yang timbul karena pertentangan dengan keadaan lain.
Biasanya berhubungan dengan mesin produksi dan terjadi ketika mesin memproduksi 2 jenis produk yang sama (berbarengan) namun ketika satu mesin mengalami masalah (kerusakan) dan membutuhkan bagian mesin yang sama pada mesin lain (spare part) otomatis tidak mungkin di putuskan 2 mesin diteruskan tetap produksi karena bagaimana pun pasti harus ada salah satu mesin yang harus berhenti dan diganti dengan memproduksi barang lain yang tidak mengganggu mesin lain.
Beberapa pengambilan keputusan dalam manajemen operasi :
- Proses : keputusan mengenai proses fisik dan fasilitas yang dipakai
- Kapasitas : keputusan untuk menghasilkan jumlah, tempat dan waktu yang tepat
- Persediaan ; keputusan persediaan mencakup mengenai apa yang dipesan, berapa banyak, kualitas dan kapan bahan baku dipesan.
- Tenaga kerja : keputusan tenaga kerja mencakup, seleksi, rekruitment, penggajian, PHK, pelatihan, supervise, kompensasi dan promosi terhadap karyawan, maupun penggunaan tenaga spesialis.
- Kualitas/mutu : keputusan untuk menetukan mutu barang dan jasa yang dihasilkan,penetapan standar, desain peralatan,karyawan trampil, dan pengawasan produk dan jasa.
2.2.2 Keputusan dalam manajemen Sistem Produksi :
- Keputusan Perencanaan strategik jangka panjang dalam sumber daya.
- Desain sistem produktif : pekerjaan, jalur proses, tata arus,dan susunan sarana fisik
- Keputusan Implementasi operasi ; harian, mingguan dan bulanan.
Biasanya berhubungan dengan time table produksi mesin, jadi disini dapat dilakukan perencanaan produksi harian, mingguan atau bahkan bulanan barang apa saja yang harus di produksi.
Keputusan perencanaan strategis :
- Pemilihan Desain rangkaian produk dan jasa
Dalam tahapan pemilihan Desain rangkaian produk yang akan di produksi biasanya kami melakukan survey pasar dengan menanyakan kepada customer kami produk apa yang saat ini sedang menjadi trend dipasaran, karena hampir setiap bulan tren dari produk yang kami buat mengalami perubahan dan sebagai acuan untuk memproduksi barang tersebut kami menggunakan atau melihat produk hasil produksi dari pesaing sebagai sampel, atau biasanya para customer mengirimkan sampel dari suatu produk yang baru yang belum pernah kami buat sebelumnya namun sebelum di produksi dalam jumlah yang banyak sampel tersebut kami kirim dulu ke bagian Research and Development untuk dilakukan pengujian apakah produk tersebut layak untuk di produksi atau tidak (mudah dibuat, ongkos produksinya rendah, bahan bakunya mudah didapat,dan sebagainya). Apabila sudah diketahui maka kami mulai merencanakan untuk memproduksi dalam jumlah yang banyak.


- Keputusan perencanaan kapasitas, lokasi gudang, rencana ekspansi
Untuk keputusan perencanaan kapasitas dan rencana ekspansi memerlukan waktu yang cukup lama karena kita harus melihat respon pasar terhadap produk yang kami buat apabila responnya positif dan permintaan banyak kami mulai merencanakan kapasitas produksi yang lebih banyak dan ekspansi yang lebih luas.
- Sistem penyimpanan dan logistik.
Sistem penyimpanan yang kami lakukan adalah dengan metode First In First Out, sehingga barang tidak terlalu lama berada di gudang karena ada kemungkinan barang akan rusak walaupun kemungkinannya sangat kecil dan untuk proses logistik kami biasanya mengirimkan langsung kepada customer namun ada juga yang harus melalui agen-agen yang kami miliki. Sehingga kami mengirimkan barang tersebut hanya sampai agen dan selepas itu segala bentuk kerusakan ataum masalah yang terjadi pada barang tersebut sudah tidak menjadi tanggung jawab kami sebagai produsen.


BAB III
PENUTUP


3. Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah sarana untuk mencapai tujuan atau memecahkan suatu masalah, hasil dari suatu proses yang dipengaruhi oleh berbagai kekuatan.
Jadi keputusan harus dianggap sebagai sarana bukan hasil. Keputusan adalah mekanisme organisasional dengan bentuk usaha untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu. Dengan kata lain merupakan respon organisasional terhadap suatu masalah. Setiap keputusan merupakan hasil dari suatu proses dinamik yang dipengaruhi oleh berbagai kekuatan.

Pengertian dan Fungsi Manajemen

Pengertian dan Fungsi Manajemen (Makalah)

BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.


Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.

Salah satu point penting di dalam manajemen adalah mengenai fungsi dari manajemen tersebut, dan pada kesempatan ini penulis akan memberikan beberapa pendapat para ahli mengenai fungsi-fungsi manajemen yang sudah penulis rangkai di dalam bab pembahasan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan – 1985).

Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal manajemen adl penggunaan sumberdaya organisasi utk mencapai sasaran dan kinerja yg tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit.

Definisi manajemen yg dikemukakan oleh Daft (2003:4) sebagai berikut: “Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources”. Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dgn cara yg efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi.

Plunket dkk.(2005:5) mendefinisikan manajemen sebagai “One or more managers individually and collectively setting and achieving goals by exercising related functions (planning organizing staffing leading and controlling) and coordinating various resources (information materials money and people)”. Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan satu atau lbh manajer yg secara individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dgn melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan pengorgnisasian penyusunan staf pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi material uang dan orang).

Manajer sendiri menurut Plunket dkk.(2005:5) merupakan people who are allocate and oversee the use of resources jadi merupakan orang yg mengatur dan mengawasi penggunaan sumber daya.
Lewis dkk.(2004:5) mendefinisikan manajemen sebagai: “the process of administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of the organization.” Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan proses mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha utk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Mary Parker Follet yg dikutip oleh Handoko (2000:8) manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain utk melaksanakan berbagai tugas yg mungkin diperlukan.
B. Fungsi Manajemen
Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi, pembangian fungsi-fungsi manajemen ini tujuannya adalah:
1. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur
2. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam
3. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajer
Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana diterangkan oleh Nickels, McHug and McHugh (1997), terdiri dari empat fungsi, yaitu: 

· Perencanaan
Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilaku-kan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Di antara kecenderungan dunia bisnis sekarang, misalnya, bagaimana merencanakan bisnis yang ramah lingkungan, bagaimana merancang organisasi bisnis yang mampu bersaing dalam persaingan global, dan lain sebagainya.

· Pengorganisasian
Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang cepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam orga¬nisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.

· Pengimplementasian
Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.

· Pengendalian
Pengendalian dan Pengawasan arau Controlling, yaitu proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, di¬organisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.

Banyak ahli yang berbeda pandangan mengenai fungsi manajemen akan tetapi esensinya tetap sama, bahwa:
1. Manajemen terdiri dari berbagai proses yang terdiri dari tahapan-tahapan tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Setiap tahapan memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pencapaian tujuan organisasi

Secara diagramatis, jika kita kaitkan antara tujuan organisasi (yang harus dicapai secara efektif dan efisien) dan sumber-sumber daya organsaisi dengan fungsi-fungsi manajemen yang baru saja diterangkan, maka dapat dilihat pada Gambar berikut ini:
Gambar tersebut menerangkan bahwa fungsi-fungsi manajemen diperlukan agar keseluruhan sumber daya organisasi dapat dikelola dan dipergunakan secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. 

Kegiatan-kegiatna dalam fungsi menajamen

- Fungsi Perencanaan (Planning)
a. Menetapkan tujuan dan target bisnis
b. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
c. Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
d. Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis 

- Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
a. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan amenetapkan tugas, dan menetapkan rposedur yang diperlukan
b. Menetapkan struktur ornganisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggung jawab
c. Kegiatna perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan sumber daya mansuia/tenaga kerja
d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat 

- Fungsi pengimplementasian (Directing)
a. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
b. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan menjelaskan kebijakan yagn ditetapkan 

- Fungsi Pengawasan (Controlling)
a. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas bnerbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis
BAB III
PENUTUP
Dari beberapa penjelasan di atas penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa manajemen merupakan sebuah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Adapun fungsi-fungsi manajemen meliputi beberapa hal yaitu:
1. Planning merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn pendefinisian sasaran utk kinerja organisasi di masa depan dan utk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya-sumber daya yg digunakan yg dibutuhkan utk mencapai sasaran tersebut.
2. Organizing merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn penugasan mengelompokkan tugas-tugas ke dalam departemen-departemen dan mengalokasikan sumber daya ke departemen.
3. Leading fungsi manajemen yg berkenaan dgn bagaimana menggunakan pengaruh utk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi.
4. Controlling fungsi manajemen yg berkenaan dgn pengawasan terhadap aktivitas karyawan menjaga organisasi agar tetap berada pada jalur yg sesuai dgn sasaran dan melakukan koreksi apabila diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004,
Rahmat, Definisi Manajemen, disalin dari website: http://blog.re.or.id/definisi-manajemen.htm
Hasibuan, Malayu, Manajemen= Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi Aksara: Jakarta), 2005
Trisnawati Sule, Ernie, Pengantar Manajemen, (KEncana: Jakarta), hal. 8
http://www.datafilecom.blogspot.com


[1] Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, hal. 54
[2] Rahmat, Definisi Manajemen, disalin dari website: http://blog.re.or.id/definisi-manajemen.htm
[3] Hasibuan, Malayu, Manajemen= Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi Aksara: Jakarta), 2005, hal. 37
[4] Trisnawati Sule, Ernie, Pengantar Manajemen, (KEncana: Jakarta), hal. 8