Sunday, November 3, 2013

ETIKA DALAM KEILMUAN

Etika Dalam Keilmuan

Memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, obyektif, dan terbuka, merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu juga masalah yang mendasar dihadapi ilmu adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia ke arah perubahan yang cukup besar. Akan tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat dan mendasar itu menjadi penyelamat mausia bukan sebaliknya ? Disini letak tanggung jawab seorang ilmuwan, moral dan akhlak amat diperlukan. Oleh karenanya penting bagi para ilmuwan memiliki sikap ilmiah.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus.
Adalah merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran – ajaran dan pandangan – pandangan moral, dan etika berkaitan erat dengan berbagai masalah tentang nilai karena etika pada pokoknya membicarakan masalah – masalah predikat nilai “susila” dan “tidak susila” “baik” dan “buruk”. Hal ini dinamakan kebajikan yang dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat – sifat yang mnunjukkan bahwa orang memilikinya dikatakan orang yang tidak susila. Sesungguhnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip – prinsip dasar pembenaran dalam hubungannya dengan tingkah laku manusia.
Sebagai ciri utama mahluk manusia bilamana dibandingkan dengan mahluk – mahluk lainnya maka manusia memiliki ciri sebagai mahluk berbudaya. Kebudayaan ini terwujud karena dalam rangka interaksinya dengan sesama manusia dan dengan alam lingkungan hidupnya. Dikembangkannya ilmu dan teknologi karena pada awal mulanya manusia ingin memanfaatkan dan mengolah alam. Dalam masalah ini alam memiliki nilai intrinsik yang sangat vital. Alam dipakai sebagai sarana dan wahana dalam proses kebudayaan manusia. Manusia memerlukan makanan, minuman dan energi, maka manusia mengolah lahan pertanian. Mengembangkan kemampuannya di bidang ilmu pertanian untuk meningkatkan budaya pertaniannya. Dalam memenuhi bakat estetisnya maka alam merupakan sarana. Demikian pula dalam upaya pembudayaan yang lainnya senantiasa alam memiliki nilai intrinsik yang mutlak diperlukan oleh manusia.
Di dalam kehidupan manusia terdapat dua sikap. Kedua sikap itu satu dengan lainnya cukup berbeda dan bahkan bertentangan, yaitu :
1.    Sikap manusia yang mengembangkan ilmu dan teknologi untuk menguasai alam dan menundukkan alam. Revolusi ilmu dan teknologi mengantarkan manusia ke arah kejayaannya. Manusia berhasil menguasai alam, mengolah dan mengeksplorasi kekayaan alam. Akan tetapi hal itu membawa manusia ke arah sikap superior. Sikap superior yang berkehendak untuk menguasai alam tanpa memperhitungkan kemapuan dan kelestariannya.
2.    Sikap manusia yang mendewakan alam. Dalam hal ini manusia hanya menyerah dengan struktur dan norma yang ada pada alam. Akibatnya lebih jauh lagi manusia tak mampu mengembangkan ilmu dan teknologi yang membawa ke arah kemajuan manusia.
Sebagai mahluk Tuhan berada bersama – sama dengan alam dan berada di dalam alam itu. Manusia akan menemukan pribadinya dan membudayakan dirinya bilamana manusia hidup dalam hubungannya dengan alam.
Oleh sebab itulah maka manusia harus senantiasa menjaga kelestarian alam dalam keseimbangannya yang bersifat mutlak. Kewajiban merupakan kewajiban moral yang tidak saja sebagai manusia biasa lebih – lebih bagi seorang ilmuwan. Norma moral yang secara khusus muncul diantara mereka yang memiliki profesi  khusus. Moral ini adalah moral keilmuan yang memiliki ruang lingkup secara khusus namun tanggung jawab serta kewajiban moral itu berlaku juga baginya. Hal ini diperlukan dalam rangka menghadapi masa depan yang semakin rumit dan sulit. Hal ini akan menjadi suatu kesulitan yang lebih besar manakala para ilmuwan tidak memiliki  cita – cita masa depan tentang peran manusia dan kemanusiaannya. Sebaliknya jika mereka telah siap, maka ia akan dapat menikmati hasil ilmu dan teknologi serta mampu menghindarkan diri dari dampak negatif. Disebabkan oleh hal – hal yang dihadapi sebagai cita – cita itulah maka pentingnya memiliki moral dan akhlaq bagi para ilmuwan.
Ilmuwan sebagai seorang yang profesional dalam bidang keilmuan sudah barang tentu mereka juga perlu memiliki visi moral yaitu moral khusus sebagai ilmuwan. Moral ini di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. Moral ilmiah menurut Merton sebagaimana yang dikutip oleh Depdikbud (1981) dinyatakan bahwa ilmu mempunyai siat Universalisme, Komunalisme, Disinterestedness dan Skeptis yang terorganisasi.
Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan itu antara lain adalah :
1.    Tidak ada rasa pamrih, artinya suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi.
2.    Sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mempu mengadakan pemilihan terhadap berbagai hal yang dihadapi, misalnya hipotesis yang beragam, metodologi yang masing – masing menunjukkan kekuatannya, atau cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing – masing menunjukkan akurasinya.
3.    Adanya rasa percaya yang layak, baik terhadap kanyataan maupun terhadap alat – alat indera serta budi.
4.    Sikap yang berdasar pada satu kepercayaan dan dengan merasa pasti bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian.
5.    Adanya suatu kegiatan yang rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk melakukan riset, dan riset sebagai aktifitas yang menonjol dalam hidupnya.
6.    Seorang ilmuwan harus mempunyai sikap etis yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia.
Adalah norma umum bagi etika keilmuan sebagaimana yang dipaparkan secara normatif berlaku bagi semua ilmuwan. Hal ini karena pada dasarnya seorang ilmuwan tidak boleh terpengaruh oleh sistem budaya, sistem politik, sistem tradisi, atau apa saja yang hendak menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang dimaksud adalah obyektifitas yang berlaku secara universal dan komunal.
Etika keilmuan yang berupa sikap ilmiah berlaku secara umum, pada kenyataannya masih ada etika keilmuan yang secara spesifik berlaku bagi kelompok – kelompok ilmuwan tertentu. Misalnya etika kedokteran, etika rekayasa, etika bisnis, etika politisi, serta etika – etika profesi lainnya yang secara normatif berlaku dan dipatuhi. Taat azas dan kepatuhan terhadap norma – norma etis yang berlaku bagi para ilmuwan diharapkan akan menghilangkan kegelisahan serta ketakutan manusia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahkan diharapkan manusia akan semakin percaya pada ilmu yang membawanya pada suatu keadaan yang membahagiakan dirinya sebagai manusia. Hal ini sudah barang tentu jika pada diri para ilmuwan tidak ada sikap lain kecuali pencapaian obyektifitas dan demi kemajuan ilmu untuk kemanusiaan.

0 comments:

Post a Comment