PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Latar Belakang
Permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, dalam hal ini adalah pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, diantaranya adalah :
- Pengembangan kurikulum nasional dan lokal
- Peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan
- Pengadaan guru dan alat pelajaran
- Pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan
- Peningkatan mutu manajemen sekolah
Tetapi dalam kenyataannya, dalam beberapa tolok ukur pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan. Pada sekolah – sekolah yang berada di kota terjadi peningkatan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan, terutama di daerah terpencil.
Dari beberapa pengamatan, terdapat beberapa hal antara lain :
1. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education production function atau input – output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Dalam kenyataannya, hasil yang diharapkan tidak terjadi. Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan education production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan.
2. Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik–sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang – kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat, sehingga sekolah kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreatifitas dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya.
3. Peran serta warga sekolah khususnya guru dan peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Begitu pula dengan partisipasi masyarakat selama ini hanya sebatas pada dukungan dana, sedangkan bentuk dukungan yang lain seperti pemikiran, moral dan barang/jasa masih kurang.
Langkah Pemecahan Masalah
Dari permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah atau manajemen berbasis sekolah (MBS).
Pemerintah (Pusat) melalui Direktorat Jenderal ManDikdasmen, Depdiknas telah melakukan uji coba mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah dengan nama Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) untuk SMP Negeri maupun swasta yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuan MPMBS adalah memperbaiki mutu pendidikan tingkat SMP. Mutu pendidikan adalah sebagai pusat tujuan, tanpa mengesampingkan permasalahan lain seperti factor relevansi, efisiensi dan pemerataan pendidikan (akses).
Permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, dalam hal ini adalah pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, diantaranya adalah :
- Pengembangan kurikulum nasional dan lokal
- Peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan
- Pengadaan guru dan alat pelajaran
- Pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan
- Peningkatan mutu manajemen sekolah
Tetapi dalam kenyataannya, dalam beberapa tolok ukur pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan. Pada sekolah – sekolah yang berada di kota terjadi peningkatan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan, terutama di daerah terpencil.
Dari beberapa pengamatan, terdapat beberapa hal antara lain :
1. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education production function atau input – output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Dalam kenyataannya, hasil yang diharapkan tidak terjadi. Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan education production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan.
2. Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik–sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang – kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat, sehingga sekolah kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreatifitas dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya.
3. Peran serta warga sekolah khususnya guru dan peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Begitu pula dengan partisipasi masyarakat selama ini hanya sebatas pada dukungan dana, sedangkan bentuk dukungan yang lain seperti pemikiran, moral dan barang/jasa masih kurang.
Langkah Pemecahan Masalah
Dari permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah atau manajemen berbasis sekolah (MBS).
Pemerintah (Pusat) melalui Direktorat Jenderal ManDikdasmen, Depdiknas telah melakukan uji coba mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah dengan nama Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) untuk SMP Negeri maupun swasta yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuan MPMBS adalah memperbaiki mutu pendidikan tingkat SMP. Mutu pendidikan adalah sebagai pusat tujuan, tanpa mengesampingkan permasalahan lain seperti factor relevansi, efisiensi dan pemerataan pendidikan (akses).
0 comments:
Post a Comment